Ketika dunia tidak belajar dari luka lama #PojokTulisan

Di tengah dunia yang kian terpecah, bayang-bayang Perang Dunia III terasa semakin nyata. Ketegangan yang berlangsung di berbagai wilayah, khususnya di Timur Tengah, menjadi pemantik kekhawatiran global. Konflik berskala lokal sering kali menjadi medan tarik-menarik kepentingan negara-negara besar. Ketika satu negara bertindak, negara lain cenderung bereaksi—siklus inilah yang bisa memicu percikan menjadi api besar.

Bayangkan jika perang benar-benar terjadi. Bangunan megah yang dibangun dengan teknologi canggih dapat hancur dalam sekejap oleh rudal dan bom. Kota-kota besar bisa berubah menjadi puing-puing. Bukan hanya infrastruktur yang lenyap, tetapi juga harapan, pendidikan, masa depan anak-anak, dan impian jutaan manusia. Semua bisa sirna karena ambisi kekuasaan yang tak terkendali.

Sulit dipahami mengapa kekuasaan kerap dipertontonkan melalui kekerasan. Mengapa dominasi harus ditegakkan dengan kehancuran? Tidakkah ini semua terlihat sia-sia? Dunia telah cukup lelah oleh luka-luka peperangan. Kekerasan yang dibalut dalih politik atau agama tak akan pernah melahirkan keadilan sejati—justru memperpanjang rantai kebencian yang tak berkesudahan.

Yang dibutuhkan dunia hari ini bukanlah unjuk kekuatan militer, melainkan keberanian untuk berdialog dan menjalin kompromi demi perdamaian. Bukan senjata yang harus ditingkatkan, melainkan empati dan rasa kemanusiaan yang perlu diperkuat. Jika Perang Dunia III benar-benar pecah, maka itu bukan kemenangan siapa pun—melainkan kekalahan bagi seluruh umat manusia.



__________________________
Penulis: KH
Editor: Carissa

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Laki-Laki Juga Butuh Ruang Aman; Maskulinitas Bukan Soal Dominasi #PojokTulisan

Siapa yang Berhak Menulis Sejarah? Menyoal Pemutakhiran Sejarah Indonesia di Tengah Kepentingan Kekuasaan #PojokTulisan